Latest Post

Aceh Afif Maulana Agam Aipda Dian WR Amak Lisa Arif maulana Arosuka Artikel Artis Minang Bali Balikpapan Bandung banten Banyuwangi Bapenda Batam Bencana alam BMKG Box Redaksi Bukittinggi BWSS V padang Calon Bupati Cikampek Cikarang Dandrem 032 WBR Denpasar Depok Dharmasraya Dinas sosial Dirlantas Polda Sumbar DPRD Padang Filipina gaya hidup gempa gorontalo Gresik Hot New Indonesia Indonesia. infrastruktur Intan jaya Internasional Jakarta Jakarta Selatan Jambi Jawa Tengah Jayapura Jayawijaya Jogyakarta jurnalis Kabupaten Agam Kabupaten Solok KAI Sumbar Kakorlantas Kapolri kasat narkoba kebakaran Kesehatan Kiwirok Kodim 0307 Tanah Datar Korem 032/WB Korpolairud Kota Padang Kriminal Lampung Lembang Leonardy life style Lima Puluh Kota lombok timur Madiun Magelang Makan Bergizi Gratis Makasar manila Medan Mentawai Mimika Narkotika Nasional NTT Oksibil olahraga Opini PADA Padang Padang panjang Padang Pariaman Palimanan Papua parenting Pariaman Pasaman Pasaman barat pasamanbarat pasang Pasuruan Payakumbuh PDAM Pekanbaru Pemko Padang pencabulan Pendidikan peristiwa pertahanan Pesisir Selatan Polda banten Polda Jabar Polda Kalbar Polda Metro Jaya POLDA SulBar POLDA SUMBAR Politik polres Polres 50 kota Polres Dharmasraya Polres Mentawai Polres Padang panjang Polres Pasaman Polres Pasaman Barat Polres Solok Polres solok selatan Polresta bukittinggi Polresta Padang POLRI Polsek bungus barat Polsek Koto Tangah Padang Polsek Lubeg Pontianak Presiden RI Puncak jaya Riau Sawahlunto segmen sianok seherman Semarang Serang Sijunjung Skoliosis SPPG sukabumi Sulawesi Tenggara Sumatera Barat Sumatra barat Surabaya swasembadapangan Tanah datar Terbaru Ternate Timika Papua TNI Uin UIN IB Padang Utama Yalimo Yogyakarta Yuhukimo

 


  Serasinews.com, Solok-Di jantung Kota dan Kabupaten Solok, Batang Lembang telah lama menjadi simbol kehidupan sekaligus ancaman tersembunyi. Sungai yang membelah wilayah ini, dengan panjang yang menghubungkan dua daerah administratif, rutin membawa musibah banjir setiap tahun, merenggut ketenangan tidur dan memicu kecemasan mendalam di hati warganya. Namun, kini, di sepanjang tepian sungai tersebut, sebuah monumen harapan tengah berdiri tegak, tanggul batu yang kokoh, hasil dari upaya masif Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) V.

Melalui pembangunan sarana dan prasarana pengendalian banjir Batang Lembang (Tahap 2), Pemerintah berupaya menuntaskan persoalan tahunan ini. Untuk tahun anggaran 2025, proyek ambisius ini mengalokasikan dana sebesar Rp48.630.865.000, dikerjakan oleh PT. Takabea Reshi Consulindo dan diawasi oleh konsultan PT. Innako Internasional Konsulindo KSO PT. Mettana.



Bekerja di sungai adalah pertarungan melawan alam. Derasnya arus Batang Lembang, curah hujan yang tinggi, dan cuaca ekstrem menjadi penghalang nyata. Air bah dan banjir yang datang tiba-tiba berpotensi meluluhlantakkan pekerjaan yang tengah berjalan. Namun, tekat rekanan yang tertuang dalam kontrak tertanggal 14 April 2025 itu tak sedikit pun pudar.

"Sudah menjadi risiko bekerja di Sungai," ujar salah satu pekerja, menggambarkan medan sulit. Meski demikian, profesionalisme dan kerja keras mereka telah membuahkan hasil signifikan. Hingga pertengahan Oktober 2025, progres proyek pengendalian banjir ini, yang menjadi tanggung jawab PPK dan Pantai II, diprediksi telah mencapai angka impresif, antara 70 hingga 80 persen.

Tanda-tanda ketenangan itu kini terlihat jelas di tiga lokasi pekerjaan utama, Selayo, KTK (Kubu Tampai Karambi), dan Anam Suku. Di sana, parapet dinding penahan air dari batu telah terbangun, menjadi benteng pertahanan terakhir antara luapan sungai dan permukiman warga.

Di Selayo, pekerjaan parapet sepanjang 500 meter nyaris tuntas, hanya menyisakan sekitar 50 meter di tahap satu dan 30 meter di tahap dua. Sebagian besar fokus kini beralih ke pekerjaan finishing, merapikan tanggul dan bahu jalan. Situasi serupa tampak di KTK, di mana 80 persen dari 160 meter panjang parapet telah berdiri, menyisakan pekerjaan sekitar 20 persen. Sementara di Anam Suku, dari total 400 meter, sisa pengerjaan juga terukur dan terkendali.

Bagi warga Solok, tanggul batu ini bukan sekadar infrastruktur, melainkan jaminan kehidupan normal.

"Selesainya pekerjaan parapet untuk menahan luapan air sungai, agar tak masuk ke permukiman warga, makin menambah nyaman kami tinggal di sini," tutur Senot, seorang warga lokal, dengan nada lega.

Ia mengenang masa-masa di mana hujan deras selalu diikuti dengan kewaspadaan dan kecemasan, siap siaga menghadapi banjir yang bisa datang melanda kapan saja. "Sekarang warga sudah tenang dan nyaman. Malam pun, bisa tidur nyenyak, walau hujan deras membasahi bumi dan melintasi sungai ini."

Apresiasi tulus pun tertitip dari warga kepada BWSS V dan rekanan. Keyakinan bahwa proyek ini akan selesai tepat waktu dengan mutu dan kualitas terjaga begitu kuat. Harapannya, konstruksi kokoh ini akan bertahan lama, dinikmati sepenuhnya, dan menjadi warisan ketenangan bagi generasi Solok selanjutnya. Dengan dedikasi yang tak surut menghadapi kerasnya alam, Batang Lembang kini tengah bertransformasi, dari sungai yang menakutkan menjadi urat nadi kehidupan yang terkendali. 

( Ef / RN )

 


  Serasinews.com,Padang — Di balik geliat pembangunan dan gencarnya upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), terselip fakta mencengangkan: masih banyak lahan milik Pemerintah Kota (Pemko) Padang yang bernilai miliaran rupiah namun belum tersentuh pemanfaatan optimal.

Ketua Komisi II DPRD Kota Padang, Rachmad Wijaya, menyoroti persoalan itu dengan nada tegas. Ia menilai Pemko harus berhenti menutup mata terhadap aset-aset tidur yang sesungguhnya bisa menjadi mesin ekonomi baru bagi kota ini.

“Pemko Padang perlu membuka data aset tanah secara transparan dan mengelolanya secara profesional. Banyak lahan bernilai tinggi, tapi belum memberikan dampak nyata bagi PAD. Kalau ini dioptimalkan, ketergantungan terhadap APBD bisa berkurang signifikan,” ujar Rachmad dalam wawancara di Kantor DPRD Kota Padang, Kamis (16/10).

Sembilan Aset Bernilai Miliaran yang Masih ‘Diam di Tempat’

Berdasarkan data yang dihimpun Komisi II, sedikitnya sembilan aset tanah potensial milik Pemko Padang memiliki total potensi sewa mencapai Rp1,375 miliar per tahun. Sayangnya, sebagian besar belum dimanfaatkan maksimal.

Beberapa di antaranya bahkan berada di lokasi strategis dengan nilai ekonomi yang menjanjikan:

Tanah Pasar Simpang Haru, Jalan Sawahan — 5.000 m², potensi sewa Rp100 juta/tahun, direncanakan untuk TPS 3R oleh Dinas Lingkungan Hidup.

Tanah Satpol PP 1, Jalan Tan Malaka — 5.118 m², potensi Rp200 juta/tahun, kini dijadikan Jogging Track.

Tanah Satpol PP 2, Jalan Agus Salim — 3.810 m², potensi Rp150 juta/tahun, masih digunakan sebagai parkir Satpol PP dan PDAM.

Tanah Pengembangan Asrama Haji, Parupuk Tabing — 10.143 m², potensi Rp250 juta/tahun.

Tanah Sawah Irigasi, Batang Kabung Ganting — 1.034 m², potensi Rp50 juta/tahun, saat ini masih berupa lahan kosong.

Tanah Pengeringan Ikan, Pasie Nan Tigo — 16.886 m², potensi Rp75 juta/tahun, sedang dalam tahap optimalisasi.

Tanah Pasar Laban, Bungus — 26.143 m², potensi Rp100 juta/tahun, namun belum tergarap maksimal.

Tanah Atom Shopping Center, Jalan Imam Bonjol — 3.008 m², potensi Rp150 juta/tahun, sudah terdapat aktivitas perdagangan.

Tanah eks DKK, Jalan Diponegoro — 4.768 m², potensi tertinggi Rp300 juta/tahun, telah memiliki DED pembangunan PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu).

Jika dikelola dengan perencanaan yang matang, kesembilan aset ini dapat menghasilkan PAD hingga miliaran rupiah setiap tahun. Namun, Rachmad menegaskan, daftar tersebut baru sebagian kecil dari total lahan milik Pemko yang tersebar di seluruh penjuru kota.

“Masih banyak aset yang belum muncul dalam data resmi pemerintah. Padahal nilainya bisa jauh lebih besar dari yang terdaftar saat ini,” ujarnya.

Desakan Audit Aset dan Pembentukan Tim Khusus

Rachmad mengingatkan, aset-aset daerah tidak boleh dibiarkan tanpa arah pemanfaatan. Ia menilai Pemko perlu melakukan audit menyeluruh terhadap seluruh aset tanah agar tidak ada potensi hilang atau terlewat dari pencatatan.

“Kita perlu tahu mana aset yang produktif, mana yang tidak. Kalau perlu bentuk tim khusus pengelolaan aset agar fokus menata dan mengoptimalkan pemanfaatannya. Jangan sampai aset tidur ini malah menjadi beban bagi daerah,” tegasnya.

Langkah audit tersebut, menurutnya, juga penting untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan atau penguasaan aset secara ilegal oleh pihak-pihak tertentu. “Transparansi adalah kunci. Masyarakat punya hak tahu di mana saja aset mereka berada dan untuk apa digunakan,” tambahnya.

Transparansi, Kunci Kepercayaan dan Kemandirian Daerah

Lebih jauh, politisi Partai Gerindra itu menekankan bahwa keterbukaan dalam pengelolaan aset tidak hanya berdampak pada keuangan daerah, tapi juga membangun kepercayaan publik terhadap tata kelola pemerintahan.

“Dengan pengelolaan yang terbuka dan profesional, masyarakat bisa ikut mengawasi. Pemerintah pun bisa memperoleh tambahan PAD tanpa harus membebani rakyat dengan kenaikan pajak atau retribusi,” kata Rachmad.

Sebagai Ketua Komisi II DPRD yang membidangi ekonomi, keuangan, dan aset daerah, ia menegaskan komitmennya untuk terus mengawal dan menekan Pemko Padang agar serius menata aset-aset bernilai tinggi tersebut.

“Potensinya luar biasa besar. Kalau dikelola dengan benar, lahan-lahan ini bisa menjadi sumber PAD berkelanjutan dan solusi konkret untuk memperkuat keuangan daerah,” pungkasnya.

Aset Tidur, Potensi Terbuang

Persoalan aset tidur bukan hanya soal manajemen yang lemah, tetapi juga soal arah kebijakan pembangunan. Tanah yang seharusnya menjadi penggerak ekonomi justru terdiam, menunggu perhatian yang tak kunjung datang.

Kini, bola panas berada di tangan Pemko Padang  apakah akan membiarkan aset bernilai miliaran itu terus menganggur, atau menjadikannya titik balik kemandirian fiskal daerah.

(Mond/Rini) 

  


 Serasinews.com,Padang, 16 Oktober 2025 — Suasana pagi di sepanjang Jalan Thamrin hingga Jalan Adinegoro, Kota Padang, Kamis (16/10), mendadak berbeda dari biasanya. Deru kendaraan berpadu dengan suara alat kerja petugas yang sibuk menurunkan papan-papan reklame besar di tepi jalan. Di bawah pengawasan ketat Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Padang, sejumlah reklame tanpa izin resmi akhirnya ditertibkan.

Penertiban itu dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Pengendalian dan Pelaporan Pendapatan Bapenda Kota Padang, Ikrar Prakasa, S.STP, M.Si, bersama tim gabungan yang terdiri dari personel Satpol PP dan petugas teknis lapangan. Sejak pagi, mereka menyusuri ruas utama kota—mulai dari simpang Jalan Thamrin hingga ke sepanjang Jalan Adinegoro—memeriksa satu per satu titik reklame yang mencurigakan tak berizin.

Reklame Tak Berizin Langsung Dibongkar di Tempat

Menurut Ikrar, operasi ini merupakan bagian dari agenda rutin Bapenda untuk menegakkan peraturan daerah sekaligus memastikan setiap pelaku usaha memenuhi kewajiban pajaknya.

“Banyak pelaku usaha yang memasang reklame tanpa izin atau menunggak pajak reklame. Kegiatan ini bertujuan agar mereka lebih sadar dan patuh terhadap kewajiban pajak daerah. Jika tidak, kami tindak tegas dengan penertiban langsung di lokasi,” tegas Ikrar saat ditemui di sela kegiatan.

Di lapangan, sejumlah papan reklame ukuran besar tampak diturunkan oleh petugas menggunakan alat berat. Tak sedikit pula spanduk dan baliho promosi produk yang dilepas paksa karena tak memiliki dokumen izin atau sudah kedaluwarsa.

“Beberapa pemilik usaha sudah kami beri surat peringatan sebelumnya. Namun karena tidak ada tindak lanjut, hari ini kami lakukan pembongkaran,” tambah Ikrar.

Menjaga Ketertiban, Estetika, dan Pendapatan Daerah

Penertiban ini bukan hanya soal pajak, tetapi juga menyangkut ketertiban umum dan keindahan wajah kota. Reklame liar yang menjamur di ruas jalan utama dianggap merusak estetika kota dan berpotensi membahayakan keselamatan pengguna jalan jika tidak terpasang dengan standar keamanan yang benar.

“Kami ingin Kota Padang terlihat tertib dan rapi. Reklame yang tidak berizin sering kali dipasang sembarangan, bahkan menutupi pandangan pengendara atau menyalahi ketentuan tata ruang,” jelas Ikrar.

Selain itu, pajak reklame juga menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang penting bagi Kota Padang. Dana dari sektor ini digunakan untuk membiayai berbagai program pembangunan dan pelayanan publik. Karena itu, Bapenda terus berupaya menekan kebocoran pendapatan dengan melakukan pengawasan intensif terhadap seluruh objek pajak reklame.

Edukasi dan Sosialisasi Jadi Langkah Lanjutan

Meski langkah tegas telah diambil, Bapenda tidak hanya fokus pada tindakan represif. Setelah razia, Bapenda akan memperkuat sosialisasi dan edukasi kepada para pelaku usaha agar memahami pentingnya membayar pajak reklame tepat waktu.

“Kami membuka kanal resmi bagi masyarakat untuk mengurus izin reklame, baik secara langsung di kantor Bapenda maupun melalui layanan daring. Prosesnya cepat dan transparan. Tidak ada alasan lagi untuk memasang reklame tanpa izin,” ujar Ikrar.

Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat lebih proaktif dalam melapor apabila menemukan reklame tanpa izin di lingkungan sekitar. Kolaborasi antara pemerintah dan warga dianggap penting untuk menciptakan ketertiban dan kepatuhan bersama.

Komitmen Bapenda: Penertiban Berkelanjutan

Razia di Jalan Thamrin dan Adinegoro ini disebut bukan yang terakhir. Bapenda Padang telah menyusun jadwal penertiban lanjutan yang akan menyasar kawasan strategis lainnya, seperti Jalan Khatib Sulaiman, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan By Pass.

“Penertiban ini akan dilakukan secara berkala. Kami ingin memberikan efek jera dan memastikan semua reklame yang berdiri di Kota Padang telah memenuhi ketentuan pajak dan izin yang berlaku,” tutup Ikrar.

Dengan langkah tegas ini, Bapenda berharap masyarakat, terutama para pelaku usaha, semakin sadar bahwa ketaatan terhadap pajak bukan sekadar kewajiban administratif, tetapi juga bagian dari kontribusi nyata untuk kemajuan dan keindahan Kota Padang.

(Rini)

 


Serasinews.com, PADANG PANJANG — Dalam tiga hari terakhir, tanah Sumatera Barat seolah tak pernah benar-benar tenang. Getaran demi getaran mengguncang bumi Ranah Minang  bukan hanya sekali dua kali, melainkan sebanyak 47 kali sejak 14 Oktober hingga 16 Oktober 2025.

Data mencengangkan itu dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang, Suaidi Ahadi, Kamis (16/10/2025) pagi.

“Sampai pukul 08.00 WIB, kami mencatat sudah terjadi 47 kali gempa sejak tanggal 14 Oktober. Semua aktivitas gempa tersebut terdeteksi di segmen Sianok bagian utara,” tulis Suaidi dalam keterangan resminya.

Sianok, Urat Patah yang Tak Pernah Tidur

Segmen Sianok bukan sekadar nama di peta geologi. Ia adalah salah satu urat nadi dari Sesar Besar Sumatera patahan raksasa sepanjang ribuan kilometer yang membentang dari Aceh hingga Lampung.
Dan dari lima segmen utama sesar yang melintasi wilayah Sumbar, Sianok-lah yang paling aktif.

“Frekuensi gempa kecil dengan magnitudo di bawah 3,5 ini bisa menjadi pertanda bahwa segmen sedang dalam fase foreshock  atau gempa pendahuluan yang kadang disusul oleh gempa lebih besar (mainshock),” jelas Suaidi.

Dalam istilah ilmiah, rentetan gempa kecil ini adalah bentuk “napas” dari kerak bumi yang sedang menyesuaikan tekanan. Namun di balik bahasa tenang para ahli geofisika itu, tersimpan potensi ancaman serius.

“Kejadian gempa ini merupakan proses pelepasan energi (energy release) dari segmen Sianok yang sedang berusaha mencapai kestabilan,” tambah Suaidi.

Seruan untuk Waspada: Dari Tebing hingga Sungai

Menyikapi pola gempa yang meningkat, BMKG mengimbau agar pemerintah daerah segera memperkuat edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat yang tinggal di sekitar zona sesar aktif.

Masyarakat diimbau untuk:

  • Menjauhi tebing curam yang rawan longsor,
  • Mewaspadai aliran sungai di dekat jalur sesar yang berpotensi menjadi sumber galodo (banjir bandang khas Sumatera Barat),
  • Dan yang paling penting, selalu memperbarui informasi resmi dari BMKG.

“Demikian kami sampaikan, semoga menjadi bagian dari kesiapsiagaan dan kewaspadaan bersama,” pungkas Suaidi.

Sianok: Di Balik Keindahan, Tersimpan Luka Bumi

Segmen Sianok merupakan salah satu dari 19 segmen patahan aktif dalam sistem Sesar Besar Sumatera (Sesar Semangko). Panjangnya sekitar 90 kilometer, membentang dari timur laut Danau Singkarak, melewati barat daya Gunung Marapi, hingga Ngarai Sianok di Bukittinggi — kawasan yang terkenal indah, tetapi ternyata juga menyimpan potensi bahaya laten.

Patahan ini bergerak secara horizontal (strike-slip), dengan kecepatan geser mencapai 23 milimeter per tahun.
Jika tekanan terus menumpuk dan tak segera terlepas, segmen ini mampu menghasilkan gempa dahsyat dengan magnitudo hingga 7,4.

Jejak Gempa-Gempa Besar di Sianok

Sejarah mencatat, Sianok bukanlah wilayah asing bagi bencana besar. Beberapa kali, bumi di sepanjang jalurnya pernah pecah dengan kekuatan yang memorakporandakan:

  • 1 Oktober 1822: Segmen ini memicu gempa besar yang mengguncang wilayah pedalaman Sumatera Barat.
  • 4 Agustus 1926: Gempa bermagnitudo 7,0 meluluhlantakkan kawasan antara Bukittinggi dan Danau Singkarak, menelan ratusan korban jiwa dan meninggalkan luka sejarah bagi Sumbar.
  • 6 Maret 2007: Dua gempa beruntun dengan magnitudo 6,4 dan 6,3 kembali mengguncang. Tanah Datar dan Padang Panjang menjadi saksi bisu atas rumah-rumah roboh dan puluhan nyawa melayang.

Kini, hampir dua dekade berselang, Sianok kembali menunjukkan gelagatnya.
Rangkaian 47 gempa dalam waktu tiga hari bisa jadi hanyalah “bisikan” kecil bumi, tapi juga bisa menjadi pertanda sebelum letupan energi besar berikutnya.

Antara Sains dan Kesiapsiagaan

Para ahli mungkin akan memandangnya sebagai data, tren, dan grafik seismik. Tapi bagi masyarakat di kaki Gunung Marapi, di lembah Singkarak, atau di tepi Ngarai Sianok, setiap getaran kecil adalah alarm yang nyata  pengingat bahwa mereka hidup di atas bumi yang terus bergerak.

Sumatera Barat memang indah, tapi di bawah keelokan alamnya, tersimpan kekuatan geologi yang luar biasa — dan tanggung jawab besar untuk selalu waspada.

Sumber: BMKG Geofisika Padang Panjang.

(Riko)

#Gempa #SumateraBarat #BMKG #PatahanSegmensianok

 


Serasinews.com, Padang,- Kabid Humas Polda Sumatera Barat, Kombes Pol. Susmelawati Rosya, S.S., M,T,R menegaskan pentingnya peran jurnalis sebagai pilar demokrasi dan mitra strategis kepolisian dalam menyampaikan informasi yang akurat dan mendidik masyarakat.

Dalam sambutannya, Kombes Susmelawati menyebut, media memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan bangsa melalui pemberitaan yang faktual dan berimbang.

Ia juga mengakui bahwa belum semua media dapat difasilitasi secara langsung oleh pihak kepolisian, namun melalui forum silaturahmi ini diharapkan dapat mewakili seluruh rekan-rekan media di Sumatera Barat.

Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Koordinasi dan Sinergitas Humas Polda Sumbar dengan Media yang digelar di Esa Café, kawasan GOR Haji Agus Salim Padang, Rabu 15 Oktober 2025

Sementara itu, Kasubdit Pemas Humas Polda Sumbar Kasubbid Penmas Kompol Omri Yan Sahureka SH.SIK menekankan pentingnya profesionalitas dan kedisiplinan jurnalis dalam menjalin hubungan dengan Humas Polda.

Semoga hubungan baik antara insan pers dan Polri dapat terus terjalin dengan harmonis dan saling mendukung dalam menyampaikan informasi yang akurat kepada masyarakat,” ucapnya.

Acara ini diharapkan menjadi langkah awal yang berkelanjutan untuk mempererat hubungan kemitraan antara polda Sumbar dan insan pers.(Rini)








RELATED POSTS

TNI-POLRI


 

Serasinews. com- Kemampuan bersosialisasi bukan sekadar keterampilan tambahan bagi anak, melainkan bagian penting dari proses tumbuh kembangnya. Melalui interaksi sosial, anak belajar memahami dunia di sekitarnya  mengenal emosi orang lain, membangun rasa percaya diri, dan melatih kemampuan berkomunikasi sejak dini.

Namun, tidak semua anak mampu bersosialisasi dengan mudah. Ada anak yang terlihat ragu saat diminta berkenalan dengan teman baru, menolak ikut permainan kelompok, atau bahkan lebih nyaman mengamati dari jauh. Orang tua sering kali menilai hal ini sebagai sifat pemalu biasa, padahal bisa jadi ada hal lebih dalam: gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder).

Gangguan ini bukan sekadar “malu” atau “takut bicara di depan orang,” melainkan kondisi psikologis yang membuat anak merasa cemas berlebihan saat berada di situasi sosial. Anak bisa merasa seolah-olah semua mata tertuju padanya, menilai, atau menghakimi setiap gerak-geriknya. Jika tidak dikenali dan ditangani sejak dini, kondisi ini bisa berdampak panjang pada kepercayaan diri dan kemampuan anak dalam menjalin hubungan sosial di masa depan.

Dikutip dari Mom Junction, berikut lima tanda gangguan kecemasan sosial pada anak yang penting dipahami oleh orang tua.

1. Menghindari Kontak Mata

Anak dengan kecemasan sosial cenderung tidak nyaman melakukan kontak mata, bahkan dengan orang yang sudah dikenal sekalipun. Saat diminta berbicara atau bermain dengan teman sebaya, mereka mungkin menunduk, memalingkan wajah, atau pura-pura sibuk dengan hal lain.

Perilaku ini bukan berarti anak tidak sopan atau tidak tertarik, melainkan karena ada rasa takut yang begitu kuat  takut salah bicara, takut ditertawakan, atau takut dinilai buruk. Situasi yang tampak sederhana bagi anak lain bisa menjadi hal yang sangat menegangkan bagi mereka.

2. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Anak yang mengalami gangguan kecemasan sosial sering kali memilih menjauh dari keramaian atau kegiatan sosial. Mereka mungkin enggan ikut acara keluarga, menolak pergi ke pesta ulang tahun teman, bahkan menghindari tempat umum seperti taman bermain atau pusat perbelanjaan.

Orang tua mungkin melihat anak tampak tenang di rumah, tetapi sebenarnya mereka sedang berusaha melindungi diri dari situasi yang memicu kecemasan. Sikap menarik diri ini bisa menjadi tanda bahwa anak merasa tidak aman saat harus berinteraksi dengan orang lain.

3. Menghindari Aktivitas yang Melibatkan Interaksi

Ciri lain yang cukup jelas adalah keengganan anak untuk ikut kegiatan yang menuntut komunikasi atau kerja sama dengan orang lain. Misalnya, anak menolak berbicara dengan teman melalui telepon, menghindari permainan kelompok, atau menolak tugas sekolah yang melibatkan presentasi.

Pada kasus tertentu, anak bahkan bisa menunjukkan tanda-tanda fisik seperti berkeringat, gemetar, atau menangis ketika harus berbicara di depan orang. Mereka bukan tidak mau belajar bersosialisasi, tetapi ketakutan mereka jauh lebih besar dari keinginan untuk berinteraksi.

4. Sulit Fokus dalam Tugas Kelompok

Anak yang memiliki kecemasan sosial sering kali sulit berkonsentrasi saat bekerja dalam kelompok. Mereka terlalu sibuk memikirkan bagaimana pandangan teman terhadap dirinya  apakah mereka dianggap aneh, salah bicara, atau tidak cukup pintar.

Akibatnya, anak butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas sekolah. Mereka terlihat mudah panik, sering meminta izin untuk ke toilet, atau berusaha menghindar dari tanggung jawab dalam kelompok. Hal ini bukan karena malas, melainkan karena pikiran mereka terus dibayangi rasa cemas dan takut akan penilaian orang lain.

5. Tubuh Terlihat Tegang dan Hangat

Kecemasan sosial tidak hanya muncul dalam bentuk perilaku, tetapi juga dapat terlihat dari reaksi fisik anak. Saat menghadapi situasi sosial baru, tubuh anak mungkin menjadi kaku, tangan berkeringat, wajah memerah, atau terasa panas.

Gejala fisik ini muncul karena sistem saraf anak bereaksi terhadap rasa takut — seolah tubuh sedang “bersiap” menghadapi bahaya, padahal situasinya aman. Ketegangan ini membuat anak tampak canggung dan sulit menyesuaikan diri di lingkungan baru.

Peran Orang Tua: Bukan Menekan, Tapi Mendampingi

Jika anak menunjukkan beberapa tanda di atas, bukan berarti orang tua harus langsung panik. Setiap anak memiliki kecepatan berbeda dalam beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Namun, penting bagi orang tua untuk peka dan mendampingi dengan empati.

Alih-alih memaksa anak untuk “berani bicara” atau “jangan malu,” lebih baik bantu mereka dengan langkah kecil yang membuatnya merasa aman. Misalnya, mulai dengan bermain bersama satu teman dulu, mengenalkan lingkungan baru secara bertahap, atau memberikan pujian saat anak berhasil berinteraksi.

Jika kecemasan sosial anak terasa semakin berat  misalnya sampai mengganggu sekolah, tidur, atau hubungan pertemanan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog anak. Dengan dukungan yang tepat, anak bisa belajar mengelola rasa cemas dan menemukan kenyamanan dalam bersosialisasi.

Kecemasan sosial pada anak bukanlah tanda kelemahan, melainkan panggilan bagi orang tua untuk lebih peka dan memahami perasaannya. Dengan pendampingan yang hangat dan konsisten, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, mampu berinteraksi dengan sehat, dan merasa diterima apa adanya.

(***)

#Parenting #Gayahidup #Lifestyle

 


Serasinews.comDharmasraya — Di tengah teriknya matahari Sabtu pagi, langkah Bupati Dharmasraya Annisa Suci Ramadhani tampak beriringan dengan Anggota DPR RI Fraksi Golkar Zigo Rolanda. Keduanya meninjau langsung sejumlah proyek strategis yang tengah digarap di berbagai titik Kabupaten Dharmasraya. Bukan sekadar kunjungan formalitas, kegiatan ini menjadi simbol sinergi antara pemerintah daerah dan legislatif pusat dalam mempercepat pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Mengawali Langkah di Titik Rawan Banjir

Perjalanan dimulai dari kawasan Sungai Batanghari di Kecamatan Timpeh, di mana pemerintah daerah sedang menyiapkan proyek pengendalian banjir dan pembangunan DAM. Sungai besar yang selama ini menjadi urat nadi perekonomian masyarakat, kini justru menjadi ancaman ketika musim hujan tiba.

“Setiap tahun, ratusan hektare sawah warga di bantaran sungai tergenang. Ini bukan hanya soal air, tapi soal masa depan petani kita,” ujar Bupati Annisa di sela-sela peninjauan.

Zigo Rolanda, yang juga anggota Komisi V DPR RI—komisi yang membidangi infrastruktur dan perhubungan—menyebut proyek ini akan menjadi fokus advokasinya di tingkat pusat. “Kita akan dorong agar pengendalian banjir Batanghari ini mendapat dukungan penuh dari kementerian terkait. Ini proyek yang menyangkut keselamatan warga dan ketahanan pangan daerah,” tegasnya.

Menuju Jalan Ekonomi Baru Dharmasraya

Dari Timpeh, rombongan bergerak menuju Kecamatan Pulau Punjung untuk meninjau proyek peningkatan jalan Dharmasraya Djunction. Jalan ini digadang-gadang bakal menjadi poros ekonomi baru yang menghubungkan pusat pemerintahan dengan kawasan perdagangan dan jasa yang kian tumbuh pesat.

Bupati Annisa menyebut proyek ini sebagai “urat nadi ekonomi baru” Dharmasraya. “Begitu jalan ini rampung, konektivitas antarwilayah akan semakin mudah. Investor akan datang, dan aktivitas perdagangan masyarakat akan meningkat signifikan,” katanya dengan nada optimistis.

Zigo Rolanda menambahkan, jalan bukan sekadar infrastruktur fisik. “Ini infrastruktur sosial. Jalan yang baik memperpendek jarak, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan membuka kesempatan kerja bagi banyak orang,” ujarnya.

Menembus Kawasan Permukiman Kumuh di Sungai Kambut

Kunjungan berlanjut ke Nagari Sungai Kambut, kawasan yang kini tengah menjadi prioritas penataan permukiman. Di sini, kondisi infrastruktur dasar seperti akses air bersih dan sanitasi masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Bupati Annisa menegaskan, pemerintah daerah tidak ingin pembangunan hanya berfokus pada proyek besar. “Kita juga ingin masyarakat di kawasan yang selama ini terpinggirkan merasakan langsung hasil pembangunan. Tidak ada yang boleh tertinggal,” ujarnya.

Rombongan menyusuri gang sempit dan berbincang dengan warga setempat. Beberapa ibu rumah tangga menyampaikan harapan sederhana: air bersih yang mengalir lancar dan jalan yang tak lagi becek setiap kali hujan turun.

Zigo mencatat seluruh keluhan itu dan berjanji akan mendorong dukungan program penataan kawasan kumuh dan air bersih melalui kementerian teknis. “Masalah seperti ini tidak bisa dibiarkan berlarut. Kita akan kawal sampai tuntas,” tegasnya.

Menutup Hari di Pasar Modern Sungai Rumbai

Rangkaian kunjungan ditutup di lokasi pembangunan Pasar Modern Sungai Rumbai, proyek yang diharapkan menjadi pusat perdagangan baru di wilayah selatan Dharmasraya. Bangunan megah mulai tampak berdiri, menandakan geliat ekonomi baru di kawasan itu.

“Pasar ini bukan sekadar tempat jual beli, tapi wadah pemberdayaan ekonomi rakyat. Kita ingin pedagang kecil punya tempat yang layak, bersih, dan modern,” tutur Bupati Annisa.

Zigo Rolanda menyambut visi tersebut. Ia menilai pembangunan pasar modern menjadi simbol keberpihakan pemerintah terhadap ekonomi kerakyatan. “Ketika pasar tumbuh, ekonomi rakyat bergerak. Dan ketika ekonomi rakyat bergerak, kesejahteraan akan meningkat,” katanya.

Kolaborasi yang Berbuah Harapan

Dalam kunjungan tersebut, turut hadir Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V yang diwakili oleh Kasi KPISDA Iwan Hernawan, bersama Satker Sonny Iswanto dan TosweriPPK Inpres Tahap 2 Ilham Friezen, serta PPK PJSA Batanghari Rifki. Dari unsur legislatif daerah, tampak hadir pula Anggota DPRD Dharmasraya Fraksi Partai Golkar, di antaranya Sujito, Sasmi Erli, Henrianto, Amrizal, dan Zulhendra Antoni, beserta sejumlah kader non-parlemen lainnya.

Kehadiran berbagai unsur ini menjadi penanda kuat bahwa pembangunan Dharmasraya kini memasuki fase baru  fase sinergi dan akselerasi.

“Pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri. Butuh dukungan semua pihak, termasuk para wakil rakyat di pusat. Dengan kolaborasi seperti ini, insya Allah Dharmasraya akan semakin maju,” ujar Bupati Annisa menutup kegiatan.

Komitmen untuk Dharmasraya yang Lebih Baik

Menutup kunjungan, Zigo Rolanda kembali menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan aspirasi daerah. “Dharmasraya adalah rumah kita bersama. Saya akan pastikan setiap kebutuhan pembangunan di sini mendapat perhatian di tingkat nasional,” katanya penuh keyakinan.

Dengan kerja nyata dan sinergi yang terjalin antara pemerintah daerah dan pusat, Dharmasraya tampaknya sedang bergerak menuju arah baru daerah yang tangguh menghadapi tantangan, sekaligus adaptif dalam menyongsong masa depan.

(Mond/Rini) 

#Dharmasraya #Infrastruktur #BWSSVPadang

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.